Moms, Ini Alasan Ibu Hamil Jadi Sangat Emosional di Trimester Ketiga

Moms, Ini Alasan Ibu Hamil Jadi Sangat Emosional di Trimester Ketiga

Moms sedang santai menonton TV, tiba-tiba muncul iklan sirup keluarga yang sedang berkumpul, dan entah kenapa air mata langsung mengalir deras. Atau mungkin suami salah bicara sedikit, dan rasanya hati jadi super sensitif dan ingin menangis seharian. Padahal, sebelum hamil rasanya tidak secengeng ini. Familiar dengan skenario tersebut, Moms? Jika iya, selamat datang di trimester ketiga kehamilan, sebuah fase yang sering disebut sebagai puncak rollercoaster emosi.

Sering menangis saat hamil, terutama di trimester akhir, adalah pengalaman yang sangat umum. Moms tidak sendirian, dan yang terpenting, Moms tidak “lebay” atau aneh. Ada alasan-alasan biologis, fisik, dan psikologis yang sangat kuat di balik setiap tetes air mata itu. Memahami apa yang sebenarnya terjadi pada diri Moms bisa menjadi langkah pertama untuk berdamai dengan keadaan dan menavigasi minggu-minggu terakhir penantian ini dengan lebih tenang.

‘Tsunami’ Emosi di Ujung Penantian: Apa Saja Penyebabnya?

Gelombang emosi yang datang silih berganti ini bukan tanpa sebab. Ini adalah kombinasi kompleks dari berbagai faktor yang mencapai puncaknya menjelang persalinan.

Pesta Hormon yang Mencapai Puncaknya Biang keladi utama dari emosi labil saat hamil 8 bulan atau 9 bulan adalah hormon. Kadar estrogen dan progesteron berada di level tertinggi selama kehamilan, yang secara langsung memengaruhi zat kimia di otak (neurotransmitter) yang mengatur suasana hati. Di saat yang sama, tubuh juga mulai memproduksi lebih banyak hormon seperti oksitosin (hormon cinta dan bonding) dan prolaktin untuk mempersiapkan proses persalinan dan menyusui. “Pesta” hormon yang luar biasa ini bisa membuat “sekring” emosi Moms jadi lebih pendek, menjadikan Moms lebih sensitif dan mudah marah saat hamil tua, atau sebaliknya, mudah terharu dan menangis.

Kelelahan Fisik yang Luar Biasa Jangan pernah meremehkan hubungan antara fisik dan emosi. Saat tubuh lelah, pertahanan mental kita pun ikut menurun. Di trimester ketiga, tubuh Moms menanggung beban yang sangat berat. Perut yang besar membuat susah tidur, sakit punggung dan panggul menjadi teman sehari-hari, sesak napas karena diafragma tertekan, dan energi yang seolah terkuras habis. Ketika kondisi fisik sudah sangat tidak nyaman, sangat wajar jika emosi menjadi lebih rapuh dan air mata lebih mudah keluar.

Kecemasan Menjelang Persalinan (Nesting & Worrying) Semakin dekat dengan HPL, semakin banyak pula pikiran yang berkecamuk di kepala. Ini adalah penyebab cemas berlebihan menjelang persalinan yang paling umum. Moms mungkin mulai memikirkan proses persalinan itu sendiri: akan seperti apa rasanya? Apakah saya bisa melewatinya? Bagaimana jika terjadi komplikasi?

Selain itu, ada juga kecemasan mengenai peran baru sebagai seorang ibu. “Bisakah aku menjadi ibu yang baik?” “Bagaimana cara merawat bayi baru lahir?” “Apakah hidupku akan berubah total?” Semua pertanyaan ini, ditambah dengan dorongan alami untuk mempersiapkan segalanya (nesting), bisa menjadi beban mental yang sangat berat dan seringkali diekspresikan melalui tangisan.

Perubahan Citra Tubuh dan Rasa Tidak Nyaman Melihat tubuh yang semakin membesar, munculnya stretch marks, dan merasa serba salah dalam bergerak juga bisa memengaruhi suasana hati. Merasa tidak lagi “mengenali” tubuh sendiri dan merasa tidak menarik adalah perasaan valid yang bisa memicu kesedihan.

Normal Kok, Moms! Cara Sehat Menavigasi Emosi di Trimester Ketiga

Mengetahui bahwa perasaan ini normal adalah langkah awal. Selanjutnya, ada beberapa cara mengatasi mood swing di trimester ketiga kehamilan yang bisa Moms terapkan.

Validasi Perasaan Anda, Jangan Dilawan Saat keinginan untuk menangis tanpa sebab saat hamil tua itu datang, jangan menahannya atau merasa bersalah. Izinkan diri Moms untuk merasakannya. Menangis adalah cara tubuh melepaskan ketegangan dan stres yang menumpuk. Katakan pada diri sendiri, “Tidak apa-apa aku merasa sedih/emosional saat ini. Tubuh dan pikiranku sedang melewati banyak hal.”

Bicara, Bicara, dan Bicara Jangan memendam semuanya sendirian. Berbagi perasaan dengan orang yang Moms percaya, terutama pasangan, bisa sangat melegakan. Jelaskan pada suami apa yang Moms rasakan. Tekankan pentingnya peran suami saat istri sering menangis hamil tua, yaitu cukup dengan menjadi pendengar yang baik dan memberikan pelukan hangat, tanpa harus selalu memberikan solusi. Kadang, yang dibutuhkan hanyalah didengarkan dan dimengerti.

‘Me Time’ Sederhana Sebelum Peran Baru Dimulai Manfaatkan waktu yang tersisa sebelum si Kecil lahir untuk memanjakan diri. Tidak perlu yang mewah. Mandi air hangat dengan aromaterapi, membaca buku favorit (yang tidak berhubungan dengan kehamilan), mendengarkan playlist lagu yang menenangkan, atau sekadar duduk di balkon sambil menikmati teh hangat sudah bisa membuat perbedaan besar.

Gerakan Ringan untuk Melepas Stres Aktivitas fisik ringan seperti jalan santai atau yoga prenatal bisa melepaskan hormon endorfin yang berfungsi sebagai pereda stres dan peningkat mood alami. Gerakan ini juga bisa membantu mengurangi beberapa keluhan fisik yang membuat Moms tidak nyaman.

Garis Batas: Kapan Air Mata Bukan Lagi ‘Normal’?

Meskipun menangis itu wajar, Moms perlu waspada jika perasaan sedih ini terjadi terus-menerus, berlangsung lebih dari dua minggu, dan disertai gejala lain seperti kehilangan minat pada semua hal, tidak mau makan, merasa putus asa, atau bahkan memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Ini bisa menjadi tanda depresi antenatal (depresi selama kehamilan). Jika ini yang terjadi, jangan ragu untuk segera mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater.

Ingatlah, Moms. Air mata di trimester ketiga bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda dari sebuah transformasi besar. Moms sedang berada di gerbang menjadi seorang ibu, sebuah peran yang penuh kekuatan dan cinta. Peluk erat setiap emosi yang datang, karena ini adalah bagian dari perjalanan indah yang akan segera mempertemukan Moms dengan buah hati tercinta.

Leave a Reply

Cart

Tidak ada produk di keranjang.

Added a product